Wednesday, August 31, 2005

Closing Point? Sukses!

Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya selesai juga tutup point akhir bulan ini. Hmm, sebenarnya kemarin aku juga sudah tutup point, tapi hari ini tutup point lagi, wuih. Yang lebih menggembirakan, salah satu downlineku, ga kusangka-sangka siang ini langsung order pribadi lebih dari 1 juta. Keren buuangettt.
Berulang kali aku ucapin syukur alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah.. setelah bulan kemarin omset penjualanku turun dan sekarang kembali normal. Padahal bulan ini masih bulan musim liburan.
Hari ini fair banget, ga ada yang banyak kulakukan kecuali ya kesibukan tutup point itu dan bikin website tentang hasil makeover ku. Moga aja segera selesai, karena agak males juga bikin hal-hal yang rumit-rumit kayak bikin web, tapi pengen juga bikin desain baru dan ngatur-ngatur warna di web.
Yah, liat aja ntar gimana..

Monday, August 29, 2005

Nasi Goreng Babat


Barusan aku makan nasi goreng enak banget. Nasi goreng babat. Nasinya renyah, babatnya gurih dan asinnya nendang banget. Baru pertama kali aku ketempat itu, kayaknya tadi sih ga yakin waktu belok ke tempat itu, pasalnya tempatnya ga mendukung blass.

Tempatnya ada di jalan kalimantan, di depan kantor DPC PKB Jember disebelah PKM Unej. Lesehan di trotoar, gelar tikar seadanya dan yang jual cowok ga rapi alias kucel. Mungkin kalo yang ga biasa bakal ga doyan makan ditempat, apalagi liat cara masaknya. Sayang banget, padahal kalo dari segi rasa masakan, dijamin puas. Buktinya, sampe sekarang aku masih ngerasain asinnya yang menggoyang lidahku. Yummy hehe..

Padahal kalo dikelola dengan baik, tuh lesehan bisa jadi warung laris yang mahal. Tapi buat apa mahal-mahal? Ada gunanya sih lesehan itu ada disitu, karena selain seporsi akhirnya cuma 2 ribu perak, dah termasuk babat yang asin asin gitu, kalo dimahalin pasti bakal ga laris lagi kayak sekarang.

Josh Groban: You're still you


Kemarin malam, waktu online di YM, aku pasang Launch Music di YM. Aku dengar salah satu lagu Josh Groban yang ada pada album pertamanya, you’re still you:

… "Through the darkness I can see your light And you will always shine And I can feel your heart in mine Your face I've memorized I idolize just you I look up to Everything you are In my eyes you do no wrong I've loved you for so long And after all is said and done You're still you After all You're still you You walk past me I can feel your pain Time changes everything One truth always stays the same You're still you After all You're still you I look up to Everything you are In my eyes you do no wrong And I believe in you Although you never asked me to I will remember you And what life put you through And in this cruel and lonely world I found one love You're still you After all You're still you"..

Jadi trenyuh. Iya sih trenyuh karena lagunya yang mendayu-dayu tapi juga jadi teringat pada kaset album tersebut yang hilang entah kemana waktu dipinjem ama teman tapi ga balik. Aku sendiri ampe lupa yang pinjem juga siapa hiks.. hiks.. hiks..

Tapi, surprise banget. Mas Iqbal nawarin beliin kaset Josh Groban siang ini, kerana sepagian ini aku cerita dan obrolin soal kaset hilang itu ke dia. Entah kasihan atau sumpek karena ceritaku, tiba-tiba waktu pas dia mau keluar ke Lippo Bank, dia nawarin beliin kaset.

Sontak, aku iyakan saja. Duh, jadi seharian ini aku dengerin lagu-lagu Josh Groban. To where you are, vincent stary stary night, home to stay, the prayer.. he he he

Kebimbangan

Tanpa nyana, hari ini aku belajar tentang arti kesetiaan, ketulusan, kesabaran dan pengorbanan yang terus mengusikku hingga saat ini, dari seseorang yang aku hiraukan. Tentang apa yang telah kulakukan kepada seseorang yang telah begitu setia, tulus, sabar dan siap berkorban untukku. Sementara yang kulihat hanya seseorang yang lain yang telah begitu memikatku dengan kilauan gemerlap cahayanya.
Pergolakan nuraniku yang membingungkan untuk kupercaya jika aku hanya mengandalkan ‘sense’ dengan mengesampingkan logika. Tapi mesti bagaimana lagi, bukankah cinta tidak bisa dipaksakan? Seperti dua sisi mata uang, tapi.., disisi lain pernah kudengar bahwa cinta bisa dibuat karena terbiasa.
Seperti syair lagu “Dewa”
Aku bisa membuatmu/ jatuh cinta kepadaku/ meski kau tak cinta/ Beri sedikit waktu/ biar cinta datang/ karena telah terbiasa..
Ugh!, the show must go on, tapi sayang ini bukanlah ‘the show’, tapi sebuah realita yang nyata-nyata terjadi pada diriku dan mau ga mau mesti aku hadapi. Ya, hadapi aja. Siapa takut. Bukankah semua permasalahan pasti akan ada penyelesaiannya.
Berkali-kali telah kutenangkan diriku, “Jangan panik, Yan. Tenang!” It works, cuma tetap saja ada rasa bersalah pada dirinya yang kuhiraukan selama ini. Sungguh, sampai saat ini, aku belum bisa mengambil sikap apapun. Tapi harapanku, pertentangan pada diriku ini bisa mereda, setidaknya untuk saat ini.
Benar, the show must go on, dan aku akan menjalani hari ini dan kedepan dengan apa adanya sembari bercermin pada hari-hari yang telah berlalu.

Gerimis Pagi Hari


Ketika kubuka gerbang pagi ini, kudengar cicitan suara anak kucing disekitar, tak salah, memang ada seekor anak kucing warna kelabu sebesar kepalan tangan tertatih keluar dari semak. Kucing siapa?
"Mas Iqbal, kucing siapa ini?", teriakku pada kakakku yang ada di dalam rumah. Segera Mas Iqbal keluar untuk melihat, juga dik Dewi, adikku yang segera merubah raut mukanya tampaknya ngeri atau jijik melihat kucing kampung dekil mungil tersebut.
"Kucing Pak Mekto kali." Jawab Mas Iqbal kemudian, sembari melirik rumah tetanggaku itu yang berada tepat disebelah tembok pembatas rumah.

Tak lama, kedua kucing ku, Candy dan Cello, kucing persiaku, muncul turut melihat keributan yang kubuat diluar rumah pagi ini. Candy tampak cemas, itu terlihat pada geramannya pada anak kucing tersebut. Sementara, Cello relatif lebih tenang, malah dia sempat mengendus dan mencium anak kucing tersebut. Maklum kucing cewek, mungkin naluri keibuannya muncul ketika melihat anak kucing tersebut.
Hingga tak lama kemudian, dari arah lain muncul kucing Pak Mekto dan eh, ternyata benar anak kucing tersebut adalah anak dari kucing Pak Mekto tersebut, tetangga sebelah rumah.
Padahal seingatku, kucing tersebut belum lama berselang ini melahirkan dan ga tau anak-anaknya dulu pada kemana, soalnya ga ada kucing yang tumbuh di rumah Pak Mekto, tapi sekarang malah kucing tersebut punya anak lagi hehe..
Sempat terbersit dalam pikiranku, tuh kucing emang didemenin ama kucing cowok atau emang dasar kucing itu kegatelan? Wah.. :-)

Tapi seneng banget di awal pagi yang gerimis ini ada kejadian sederhana yang menyenangkan. Bukannya gimana, kadang aku berpikir tentang hal-hal yang membuatku pusing, melamun atau bahkan menangis. Namun nyatanya, masih banyak hal-hal sederhana di dunia ini yang bisa membuat kita tersenyum dan bahkan tertawa bahagia.
Kemudian, aku tersenyum lagi. Sebenarnya mudah menikmati hidup ini. Kitalah sebenarnya aktor sekaligus sutradara pada drama kehidupan pada panggung yang kita buat sendiri.

Sunday, August 28, 2005

Resolusi Hidup

Dear blog,

Seorang teman bertanya, "Apa resolusi hidupmu setelah usiamu bertambah setahun, tanggal 25 kemarin?"
Sempat bingung juga menjawabnya, karena dah jadi kebiasaanku untuk menjalani semuanya apa adanya. Seperti tanpa terencana untuk mengikuti jalan ini. Tapi, apa mesti seperti itu seterusnya, apalagi setelah menginjak usiaku yang ke 26?
Di usia yang lebih seperempat abad ini sudah seharusnya aku telah menetapkan tujuan hidup yang pasti, merencanakan dengan penuh tanggung jawab dan menjalani dengan kebesaran jiwa yang kokoh.
Kadang terbersit juga rasa kekuatiran, ketakutan semacam phobia untuk memandang masa depan membentang lebar. Menghadapi semua resiko kehidupan, menapaki langkah demi langkah demi suatu tujuan yang hingga saat ini belum kutetapkan.
Arrgh, ku ketuk kepalaku lagi, memikir panjang tentang resolusi yang kadang kupikir memang seharusnya telah kubuat batasan-batasanya.
Nyesel juga, selama ini yang kulakukan cuma ha ha hi hi sana-sini, going here and there ga jelas maksudnya, cuma wasting time aja yang akhirnya kurasa karena belum ada hal yang istimewa telah kulakukan.
"Ga, kamu telah menjalani waktumu dengan baik kok. Tuh, lihat dirimu sekarang!" kata temanku lagi.
*sigh* Apa? lihat diriku? Iya, tetap seperti ini, yang seharusnya aku bisa lebih dari seperti ini. (HUH, sifat sombongku kumat lagi)
Lagi, aku berpikir lagi. Buat apa menyesali yang telah terjadi. Bukankah failure itu guru yang terbaik?, karena cuma manusia bodoh saja yang mengulangi kesalahan yang sama... tapi? what? apa yang telah kulakukan selama ini failure? hu hu hu :-(
Then, here I will answer shoutly, "Aku telah punya resolusi untuk hidupku dan aku akan berusaha keras untuk mewujudkannya, membuat batas-batasnya, menetapkan caranya sembari terus mencari celah kebaikan untuk mengharap ridho dan anugerah-Nya. Amin"