Monday, September 26, 2005

Wanita Idaman

Apa yang diinginkan oleh semua lelaki di dunia ini, seseorang yang sempurna dengan semua kelembutan yang ada, menyentuh dengan tatapan sendu dan memeluk dengan dekapan bersahaja
Seorang wanita idaman, cukup membuat pria bertekuk lutut di kerlingnya dan berjanji untuk selalu menjaganya dan tetap menjadi sandaran bagi kerapuhan insting kesensitifan wanitanya.

Image hosted by Photobucket.com

Sunday, September 25, 2005

Kekecewaan Sejati!

Rintik gerimis kembali menetes dari langit, membasahi seluruh permukaan bumi, membawa kesegaran suasana dan dinginnya suasana sore. Tidak berlangsung lama, kemudian hanya tetesan-tetesan tidak merata dari langit yang membagi kesejukan dan kedamaian. Minggu sore yang sempurna. Meski ada aktifitas kerja yang kulakukan pagi ini, namun gerimis sore ini berhasil membasahi dan menyejukkan jiwaku. Menentramkan nurani. Aku sungguh menikmati dan dalam hatiku berharap, sore syahdu ini tidak akan pernah berakhir.

Sementara, masih kulihat penjaja makanan keliling sore masih lalu lalang di depan rumah menembus gerimis menawarkan jualannya. Bakso, kupang, bubur ayam, bakso lagi, dan penjual bakso lagi.. hmm, kebanyakan memang penjual bakso! Diseberang, di kosan depan rumah, alunan gitar dan nyayian sumbang terdengar nyaring dari rumahku. Aku tahu, itu suara Joko dan teman-temannya. Kadang kupikir, apa nggak ada lagu yang lebih bagus lagi daripada teriak-teriak gak karuan seperti itu. Tapi kemudian kupikir, musik kan universal, mungkin memang nyanyian teriak-teriak itulah yang disukai Joko. Aku maklum.

Gerimis benar-benar berhenti sekarang, seperti mobil yang di rem mendadak, seperti tawa keriangan anak kecil ketika ibunya mengiming-iming es krim cone rasa vanilla coklat setelah sejam menangis menyayat hati, tiba-tiba sore berubah jadi lebih benderang, membuyarkan suasana temaram sore yang diiringi syahdu gemerintik gerimis. Tanpa sadar, aku menghela nafas panjang, seperti hendak membebaskan semua hal yang bergelanyut pada relung jiwa dan kisi-kisi batinku. Berlalu juga sore sejuk ini.

Seperti itulah kehidupan, kadang rencana yang telah di pupuk matang berubah pada suatu keadaan yang sering membuat kekecewaan dan ketotalitasan yang jauh berbeda pada kehendak yang menjadi tujuan awal. Tapi, memang begitulah hidup, rencana demi rencana harus terus direncanakan dan diperjuangkan atau bahkan mesti dibiarkan saja berjalan tanpa rencana pasti, tanpa sandaran. Apakah memang begitu seharusnya?

Aku menghela nafas lagi, tapi kali ini dengan penuh kesadaran ketika stagnan point ini telah berujung di dalam pikiranku. Ketika kembali aku mengenang rencana-rencana yang telah ku perjuangkan di waktu itu namun kemudian berakhir pada kenadiran yang membekaskan kepahitan dan kegetiran yang disebut kekecewaan sejati!

Aku meringis, ketika juga menyadari bahwa sore telah merambat petang berwarna jingga keperakan di ujung barat dan ketika dari jauh terdengar sayup adzan magrib, seperti hendak menutup lembar kerinduan pada hari ini.

Sunday, September 11, 2005

Sore di Bondowoso

Tak banyak yang melintas di sekitar alun-alun Bondowoso sore itu. Bisa kehitung jari apa dan siapa saja yang melintas sepanjang aku duduk di salah satu bangku taman yang terbuat dari semen, sejam yang lalu. Pantas saja jika ada sebutan 'kota pensiun', yang melekat pada kota santri ini.
Entah apa yang membawaku ingin melanjutkan sekedar keliling kota Bondowoso setelah prospek seharian ini di kota tenang ini. Tapi yang jelas, kesuntukan dan ketegangan pikiran langsung buyar ketika menikmati hembusan udara sore dan tenangnya kota kecil ini.
Juga ga terlalu banyak hal menarik di sejauh sudut pandangku di tempat aku duduk, kecuali 'Monumen Gerbong Maut' yang terletak di tengah-tengah jalan lintas 2 arah tepat di depan kantor Bupati Bondowoso, yang aku sendiri juga nggak ngerti apa maksud dari monumen yang punya nama 'menyeramkan' tersebut. Tapi kalo dilihat dari bentuknya dan 'sliwar-sliwer' yang pernah kudengar (mungkin dari pelajaran sejarah), ada kaitan sejarah dengan kota Bondowoso pada jaman perjuangan dan penjajahan lampau yang menjadikan didirikannya monumen tersebut.
Huh, lagi-lagi aku menggigil. Angin sore itu lumayan dingin juga, sangat beda dengan kondisi Jember yang lumayan panas dan gerah. Sungguh tenang, damai dan mengingatkanku pada Blitar, kampung halamanku. Kemana-mana serba dekat, ga perlu naik bis kota atau mikrolet (karena emang ga ada), karena emang kemana-mana jaraknya dekat. Dah lama juga aku belum pulang kampung, gimana kabar ortu, emak, kakak, ponakanku.. jadi kangen, terngiang ketika meraka memangilku "Om".
Hari makin sore saja, ketika aku melanjutkan perjalananku kembali ke Jember. Kupacu motorku dengan kecepatan 100 km/jam, melaju kencang meninggalkan Bondowoso di belakang. Tapi, dalam pikiranku, tetap saja terlintas hingga sekarang, ketenangan sore di Bondowoso.
Image hosted by Photobucket.com

Saturday, September 10, 2005

Nasi Goreng Kambing, Pasti Menghilangkan Penat!

Apa yang kuinginkan sepanjang hari ini? Seporsi nasi goreng kambing dengan acar yang banyak! Tak heran, sehabis nyerbu diskonan belanja di matahari (mumpung lagi banyak diskon), segera kupacu motorku ketempat biasa.
Warung itu terletak di salah satu deretan pedagang kaki lima di depan RRI Jember. Warung teramat sangat sederhana namun punya cita rasa dan selera tinggi dalam rasa masakan yang khas (ciehh..)
Sepanjang jalan, segera dah terbayang sepiring nasi goreng kambing hangat dengan asap mengepul ringan dan nggak terlalu pedas. Namun sesegera itu pula lamunan itu buyar ketika nyampai dan ternyata nasi goreng kambing, impianku seharian ini, telah habis ludes des des..
Huuu, laris banget, padahal waktu itu baru pukul 8 malam. Dengan sangat terpaksa, meski dengan semangat yang berangsur terus mengendur setelah mendengar berita tersebut, kuputuskan makan nasi goreng biasa saja.
Pupus sudah harapanku, besok-besok berarti mesti datang lebih sorean!

Susah Bagi Waktu

Blog,

Bener-bener kurasakan susahnya bagi-bagi waktu antara kerja dan kuliah (baca: ngerjain skripsi). Apalagi di bulan September ini, setelah ada program pendaftaran member Oriflame Rp. 19.000. Makin banyak aja yang daftar. Alhamdulillah banget, berarti insyaAllah ada peningkatan pada bisnisku ini, tapi yah.. pada akhirnya mesti ngorbanin kuliah.
Yang mesti bikin prospek ke Bondowoso, makeover orang-orang (karena lombanya dilanjutin lagi bulan ini) juga ngorder yang makin rame.
Sedih juga, apalagi kayak sekarang yang kuliahku udah kena deadline akhir desember mesti lulus, tapi sungguh aku telah dan akan pasti berusaha segera menyelesaikan kewajibanku. Merupakan tanggung jawab moral pada ortu untuk membahagiakan mereka dengan menyelesaikan studiku yang terlunta-lunta.
Huh, jadi bingung..

Wednesday, September 07, 2005

Menggugah Memori Waktu di SD

Hari yang teramat melelahkan, padahal gak terlalu banyak aktifitas hari ini. Mungkin karena capek yang menumpuk sehabis pulang dari Jogja kemarin, nyampe pagi trus lanjut berturut-turut 2 hari ini ngadain prospek dan yang terakhir, hari ini ke Sempolan, salah satu kota kecamatan di Jember yang letaknya hampir dekat ke Banyuwangi.
Cukup jauh, untung tadi di pinjami mobil pick-up punya Ike, downlineku yang ngadain prospek tersebut. Jadi aku sendiri yang nyetir. Agak susah juga, apalagi belum pernah nyetir pick-up. Yah, aku setir aja pelan-pelan asal selamat. Tapi, alhamdulillah nyampe ditempat acara dengan selamat.

Ada hal menarik, prospek diadakan pada ibu-ibu yang lagi nunggu anak-anaknya sekolah di SD Sempolan. Waktu ngeliat SD tersebut, jadi teringat waktu kecil dulu ketika waktu SD juga. Apalagi waktu ngeliat anak-anak yang antusias ngrubutin penjual gorengan di depan sekolah tersebut diatas sebuah ‘lincak’ bambu yang teramat sederhana dan jauh dari kesan bersih, tapi tetap aja laris. Semangkok gorengan plus sambal dijual Rp. 500,- , murah meriah, terlihat ‘stand’ ibu tersebut yang paling laris diantara penjual jajanan sd yang lain.

Seorang anak cowok yang paling gendut, mengingatkanku pada diriku dulu ketika seusianya dan di juluki “jemblung”. Bukan main marahnya aku waktu itu ketika julukan itu ditujukan kepadaku, tapi kalo di ingat-ingat sekarang, bukan marah yang ada tapi malah senyum-senyum sendiri mengenang masa kecil. Sayang semuanya udah berlalu, tapi seneng udah bisa merasakan saat-saat bahagia itu.
Seorang cewek paling cantik, modis dan berbando biru, mengingatkanku pada “Lina”, cewek most wanted yang paling di gandrungi cowok-cowok waktu kelas IV SD, sayang kemudian Lita pindah ke luar kota. Bukan main rasa kehilangan cowok-cowok pada waktu itu, sampe-sampe jadi bahan gunjingan sepanjang tahun mengenang Lina yang pindah.
Semua kenangan-kenangan itu bergulir indah dalam memoriku, hingga saat kudengar dering bel elektrik tanda waktu istirahat usai, dan anak-anak SD Sempolan berlarian masuk ke kelas masing-masing.

Hmm, prospeknya sendiri lumayan berhasil untuk ukuran wilayah desa dengan produk setingkat Oriflame, yang daftar 2 orang dari 5 orang yang hadir. Aku harap, bulan ini aku bisa mencetak Manager baru dibawahku, yaitu Ike. Amin

Tuesday, September 06, 2005

Injeksi Semangat !

Hari ini, aku merasakan antusiasme yang luar biasa. Meski capek karena baru pukul 5 pagi nyampe dari Jogja, gak pernah kusangka kalo prospek grup Ike di Himpunan Perias Indonesia (HIPARI) Jember, yang diadakan pukul 10 bisa sukses gemilang (cieh..).
Yang jelas, ga tanggung-tanggung aku demoin produk andalan Oriflame, Giordani Gold, dan langsung, ibu-ibu yang rata-rata emang perias yang sudah punya jam terbang cukup tinggi langsung pada daftar member dan … pada langsung belanja juga.
Total, ada lebih dari 10 pendaftar baru.
Rasanya plong banget, ga sia-sia capekku.

Monday, September 05, 2005

Hati-Hati di Food Court Terminal Jogja

Akhirnya pulang juga. Bus kota yang kami tumpangi tiba di terminal sekitar pukul 7.30 malam. Hmm, ada yang kurang menyenangkan disini, ketika kita beli makanan di semacam food court di terminal. Tempatnya, tepat di tempat penurunan penumpang.
Padahal jelas, di daftar menu tertulis harga-harga makanan, namun ketika kami selesai makan, kami dikenakan charge lebih, 3 kali lipat harga makanan.
Usut punya usut, ternyata si empunya warung menambahkan beberapa lauk makanan tanpa minta ijin pada kita tetapi langsung memberi harga ketika kami selesai makan dan seperti yang aku bilang tadi, total harga bisa naik hingga 3 kali lipat harga yang tertera pada daftar menu.
Saranku, mesti nanya dulu sedetilnya makanan yang hendak kita beli dan harga pastinya.

Pukul 8, bis mulai melaju ke Jember. Bakal jadi perjalanan panjang yang melelahkan.

Sore Syahdu di Depan Gedung Agung

Menjelang maghrib, aku baru keluar dari Mirota, di luar udah mulai gelap. Lampu-lampu kota nampak indah dan temaram di sepanjang Malioboro hingga Jl. A. Yani. Bangunan tua Bank Indonesia dan Kantor Pos di ujung jalan menambah tenteram suasana. Aku, dik Dewi dan Mas Iqbal, duduk sebentar di depan Istana Negara di Jogjakarta (Gedung Agung), menghadap Benteng Vredeberg diseberang jalan, memandang lalu lalang orang dan lalu lintas di sepanjang jalan.
Huh, rasanya enggan meninggalkan Jogjakarta.



Malioboro & Mirota Batik



Sore ini, aku menyusuri Malioboro yang mulai ramai. Sempat ada insiden kecil, ketika Dik Dewi marah-marah karena bosan di Kantor Oriflame dan merasa di acuhkan. Alhamdulillah semua baik-baik setelah aku jelaskan padanya tentang keadaanku disana. Kadang memang adikku itu ‘agak’ manja juga.
Malioboro masih seperti yang dulu.Masih banyak penjual di kanan kiri jalan menjajakan sovenir, kerajinan dan makanan khas Jogja yang tentu saja lesehan. Keren-keren dan unik-unik dengan harga terjangkau asal kita bisa pas menawarnya. Saranku, pada tingkat awal mesti di tawar ¾ dari harga asli, tergantung pada nilai barangnya, terutama jika barang tersebut ditawarkan dengan harga yang kita rasa ga pantas atau terlalu mahal.



Aku gak beli apa-apa, Cuma sempat mampir di toko jam yang terletak di salah satu sudut disepanjang Malioboro dan sisanya aku habiskan di Mirota Batik yang letaknya di jalan paling ujung, tepatnya di Jl. Jend. A Yani 9 (Depan Pasar Beringharjo).



Banyak barang yang ditawarkan dengan mutu dan kualitas terstandart, terutama batik yang indah-indah, juga kerajianan, sovenir yang dijual murah dengan harga terjangkau. Mirota tambah bagus, apalagi setelah kebakaran tahun lalu yang meluluh lantakkan bangunan dan seluruh isinya. Di bangun 2 lantai, lantai dasar khusus untuk batik yang di lengkapi dengan seorang wanita yang memperagakan cara membatik (keren), menambah hidup suasana Jawa di dalam ruangan plus diputer terus langgam dan klenengan gamelan Jawa yang menentramkan.



Kemudian di lantai dua, baru di pajang barang-barang souvenir dan kerajinan.
Semuanya murah-murah dan yang lebih menyenangkan adalah keramahan pegawai dan kenyamanan tempat. Hmm, toilet umumnya juga bagus, didalamnya terdapat ‘genthong’ (tempat air dari tanah liat) dan gayung yang terbuat dari bathok kelapa dengan ruangan yang beraroma Jawa khas.
Gimana ya, kayaknya seneng berada di Mirota. Aku sempatkan beli beberapa souvenir barang-barang kerajinan.

Kepagian di Oriflame

Kayaknya terlalu pagi. Oriflame yang letaknya di Jl. Diponegoro, masih sepi ketika aku, Dik Dewi dan Mas Iqbal tiba pukul 9 pagi. Cuma ada Mbak Tanti dan Mbak Irma (Costumer Service), Pak Fanora (yang ngurus Oriflame Jogja), 2 staff cleaning service dan satpam dan beberapa orang yang kehitung jari, lagi ngorder.
Dan masih seperti biasanya, Mbak Tanti, CS Oriflame Jogja yang biasa ngelayani order kita dari luar kota, yang paling antusias menyambut kedatangan kita. “Halo.. orang Jember, selamat datang!” Senyum sumringahpun pada kita keluarkan untuk membalas keramahan Mbak tanti dan staff Jogja.
Huh, tapi ternyata.. acara Leader & Director Meeting baru dimulai pukul 12 siang. Jadi aku manfaatkan waktu dengan ngecek order yang udah disipin Amir dari Jember. Lumayan membosankan buat dik Dewi. Diapun akhirnya tertidur pulas sambil terduduk. Kasihan.

Dan benar, TET pukul 12, acara dimulai dengan jamuan prasmanan. Sangat lumayan untuk menahan lapar seharian dan menahan kantuk karena kebosanan. Menunyapun juga variatif, yang paling kusuka.. daging olahan ‘kebuk’ (lambung) sapi.
Di acara itupun Dik Dewi menerima hadiah TV 14’, karena menang lomba makeover yang diselenggarakan per cabang. Juga, ini secara ga langsung mengukuhkan diriku, eh.. ternyata hasil make-up ku mesti diperhitungkan juga hehe..
Gimana ya, emang aku suka sama hal yang berbau desain, warna-warna, gambar dan di Oriflame itu difasilitaskan pada make-up nya.
Wuih, seneng banget. Lumayan dapat TV.

Oya, meetingnya di hadiri oleh Key Account Manager (KAM) dari Bandung, namanya Mbak Desy. Orangnya cukup energik dan simpatik, ceplas-ceplos dan menyenangkan. Moga segera diangkat aja jadi KAM Jogja yang pada saat ini sedang kosong setelah resignnya Ibu Evie menjadi Area Sales Manager (ASM) Oriflame Jogjakarta. Dan tentu saja bisa membantu aku mewujudkan mimpiku menjadi salah satu Director di Oriflame. Amin
Promo keren bulan ini adalah pendaftaran member Rp. 19.000 dan mendapat Vivid Lipstick Caramel seharga Rp. 34.500,- asal mengikuti lomba make-over.

Jogjakarta Pagi Ini



Jogja tampak lengang pagi ini. Bis yang kutumpangi tiba di terminal Jogja sekitar pukul 6 pagi. Tepat waktu, jika aku hitung dari perjalanan berangkat dari Jember pukul 9 malam kemarin.
Segera aku, dik Dewi dan Mas Iqbal pergi ke penginapan terminal yang terletak di dekat tempat pemberangkatan bis penumpang antar propinsi ke jawa timur, untuk istirahat, mandi dan menunggu waktu hingga pukul 8 pagi.
Biaya penginapan murah banget, namun yah.. begitulah, sangat standart. Rp. 20.000,- per tiga, jam kita dapat ruang sebesar sekitar 3 x 4 m, kasur tanpa dipan alias "lesehan" (emang, Jogja terkenal lesehan semua hehe) plus yang jelas bisa memanfaatkan kamar mandinya yang hmm, agak kurang bersih.
Diluar penginapan ada warung makan yang murah dan enak untuk ukuran warung jualan di terminal, standart harga Rp. 3.000/Rp. 4.000 per orang termasuk teh manis.
Aku sempatkan juga, memotret suasana terminal pagi hari dari lantai 2, di kamarku pada penginapan tersebut.
Pukul 8 kita baru berangkat ke Oriflame, naik bis kota jalur 4. tarif bis juga ga terlalu mahal. Rp. 1.300 tapi keselamatan ditanggung sendiri, soalnya sopirnya ugal-ugalan banget. Baru aja menjejakkan kaki di bis, sopir langsung tancap gas, kontan saja aku terjatuh di pelukan seorang ibu gendut, untung gendut, jadi ga terlalu sakit hehe. tapi kasihan juga ibu itu, solanya ketimpa badanku yang ehem, lumayan chubby ini. Ada lagi yang juga lucu, hak sepatu dik dewi terlepas waktu turun dari bis. Mungkin karena tergesa-gesa karena bis mo tancap gas lagi, hak nya nyangkut di tangga bis, akhirnya ya copot begitu saja. Gak kurang akal, dilepas aja semuanya hak sepatunya, hihi.. iklan menthos banget gitu loh. Tapi keren banget!
Perjalanan dari terminal ke Oriflame, memakan waktu sekitar sejam, solanya bis mesti muter-muter dulu lewat jalur ke ugm dan macam-macam dan ga langsung lewat Jl. Diponegoro, tempat kantor Oriflame.

Sunday, September 04, 2005

Ke Jogjakarta

Blog,

Tadi aku pikin prospek di Tanggul. Aku mo buka pasar disana buat grup Oriflameku. Ternyata lumayan jauh juga Tanggul itu dari Jember. Capek, tapi seneng.
Oya, hari ini, hmm, tepatnya nanti malam sekitar jam 7, aku mo berangkat ke Jogjakarta bareng Mas Iqbal ama Dik Dewi. Kita rencananya mo ke Oriflame Jogjakarta untuk ngambil hadiah TV itu plus ikutan Director Meeting dan Leader Meeting disono.
Mahal juga sih biayanya, apalagi untuk bertiga, tapi aku pikir lagi, sekalian refreshing, jalan-jalan ke kota Jogja. Kan lumayan, buat ngurangin stress dan penat kerjaan rutinitas harian yang kadang bikin capek.
Ga lupa, aku bawa camcorder (kalo ga berat) ama yang pasti digicam buat ngambil gambar-gambar disana. Ntar pasti aku posting disini.
Kita berangkat pake bis malam ekonomi (biar murah) trus nginap di penginapan di terminal dan langsung balik ke Jember lagi Senin malam, nyampe Selasa pagi.
Doain tiba selamat sampe disana. Amin.

Saturday, September 03, 2005

Congratulation!













Hola blog,

Ga sabar pengen cerita rejeki nomplok nih. Hari yang menggembirakan. Seumur-umur belum pernah dapat hadiah yang lumayan begini. Ingat ga, kemarin waktu aku cerita kalo aku lagi bikin makeover before-after orang-orang. Ternyata ga sia-sia hasil perjuanganku makeoverin orang-orang.
Untuk tingkat Oriflame Jogja dan wilayahnya, hasil makeover ku menang jadi juara pertama (ciehh). Rasanya bangga banget plus seneng banget. Apalagi hadiahnya TV. Yah, sangat lumayan untuk ukuran amateur setingkat aku heheh..
Jadi, gimana ya, ingat ketika sibuk-sibuknya bikin desain make-up nya, bikin foto yang alhamdulillah, meski cuma pake camera digital ga bermerk 3.1 megapixels, hasilnya lumayan jernih banget.
Bener-bener ga nyangka, apalagi, meski cuma masih ditingkat wilayah Oriflame Jogja yang terkumpul 500 pasang foto, eh kepilih juga foto hasil makeover ku jadi yang terbaik. Selanjutnya, foto-foto tersebut bakal diikutkan untuk lomba makeover tingkat nasional di Jakarta, yang hadiah utamanya, Jalan-Jalan ke Thailand plus uang saku 2,5 juta. Wuih, jadi makin semangat untuk bikin kreasi baru bulan kedua ini.
Doain ya, sesi kedua aku bisa meraih hadiah utama nasional. Amin,

Thursday, September 01, 2005

Awal Bulan

Sedih banget jika kita mesti menyakiti orang yang kita cintai, orang yang benar-benar secara tulus mencintai kita. Padahal tau sendiri kan, sulit banget mencari orang seperti itu. Sementara, banyak di luar sana, orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan segenggam bentuk cinta untuk mendapatkan pengekspresian batiniah.
Seperti ketika seorang teman lama bercerita padaku tentang pencarian cintanya, bahkan dia bersedia mencoba segala bentuk 'cinta' untuk mendapatkan kehadiran seseorang yang tepat dalam hidupnya. Menutup rapat rasa malunya, tidak menghiraukan rasa tinggi dirinya bahkan hingga mengiba-iba memelas, yang pada waktu itu aku jawab dengan sebuah kegetiran, "segitunya".
Tapi memang begitulah sebuah ketulusan dan harapan. Dan memang manusia pasti merindukan kasih sayang. Seorang kriminalpun pasti tunduk pada belaian kasih istri yang menunggunya di rumah.
*sigh* Aku hanya bisa berdoa bahwa semua yang telah kulakukan adalah untuk sebuah kebaikan bersama, sebuah langkah yang baik dan bijaksana supaya terhindarkan rasa sakit yang lebih dalam lagi, meskipun tidak pernah untuk terharapkan.