Sunday, September 25, 2005

Kekecewaan Sejati!

Rintik gerimis kembali menetes dari langit, membasahi seluruh permukaan bumi, membawa kesegaran suasana dan dinginnya suasana sore. Tidak berlangsung lama, kemudian hanya tetesan-tetesan tidak merata dari langit yang membagi kesejukan dan kedamaian. Minggu sore yang sempurna. Meski ada aktifitas kerja yang kulakukan pagi ini, namun gerimis sore ini berhasil membasahi dan menyejukkan jiwaku. Menentramkan nurani. Aku sungguh menikmati dan dalam hatiku berharap, sore syahdu ini tidak akan pernah berakhir.

Sementara, masih kulihat penjaja makanan keliling sore masih lalu lalang di depan rumah menembus gerimis menawarkan jualannya. Bakso, kupang, bubur ayam, bakso lagi, dan penjual bakso lagi.. hmm, kebanyakan memang penjual bakso! Diseberang, di kosan depan rumah, alunan gitar dan nyayian sumbang terdengar nyaring dari rumahku. Aku tahu, itu suara Joko dan teman-temannya. Kadang kupikir, apa nggak ada lagu yang lebih bagus lagi daripada teriak-teriak gak karuan seperti itu. Tapi kemudian kupikir, musik kan universal, mungkin memang nyanyian teriak-teriak itulah yang disukai Joko. Aku maklum.

Gerimis benar-benar berhenti sekarang, seperti mobil yang di rem mendadak, seperti tawa keriangan anak kecil ketika ibunya mengiming-iming es krim cone rasa vanilla coklat setelah sejam menangis menyayat hati, tiba-tiba sore berubah jadi lebih benderang, membuyarkan suasana temaram sore yang diiringi syahdu gemerintik gerimis. Tanpa sadar, aku menghela nafas panjang, seperti hendak membebaskan semua hal yang bergelanyut pada relung jiwa dan kisi-kisi batinku. Berlalu juga sore sejuk ini.

Seperti itulah kehidupan, kadang rencana yang telah di pupuk matang berubah pada suatu keadaan yang sering membuat kekecewaan dan ketotalitasan yang jauh berbeda pada kehendak yang menjadi tujuan awal. Tapi, memang begitulah hidup, rencana demi rencana harus terus direncanakan dan diperjuangkan atau bahkan mesti dibiarkan saja berjalan tanpa rencana pasti, tanpa sandaran. Apakah memang begitu seharusnya?

Aku menghela nafas lagi, tapi kali ini dengan penuh kesadaran ketika stagnan point ini telah berujung di dalam pikiranku. Ketika kembali aku mengenang rencana-rencana yang telah ku perjuangkan di waktu itu namun kemudian berakhir pada kenadiran yang membekaskan kepahitan dan kegetiran yang disebut kekecewaan sejati!

Aku meringis, ketika juga menyadari bahwa sore telah merambat petang berwarna jingga keperakan di ujung barat dan ketika dari jauh terdengar sayup adzan magrib, seperti hendak menutup lembar kerinduan pada hari ini.

No comments: